Senin, 09 Februari 2009

Kekuatan Jiwa...




“Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bergulat (fisik). Tapi orang yang kuat orang yang dapat menahan diri saat amarah” (HR. Muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah)

Hadist di atas menjelaskan salah satu konsep kepribadian dalam perspektif Rasulullah SAW. Kekuatan kepribadian seseorang tidak terletak pada kekuatan fisiknya. Aspek fisik, dalam hadist ini, diisyaratkan dalam kekuatan bergulat seseorang. Tapi, kekuatan kepribadian seseorang, tercermin -dalam salah satu aspeknya- pada kemampuan mengendalikan diri dalam keadaan marah.

Kemarahan, ternyata merupakan fenomena psikologis yang dapat merefleksikan banyak sisi kepribadian seseorang. Kemarahan, kata Allamah Al-Shan’any dalam buku Subulus Salam, adalah gerakan jiwa yang mengalir ke dalam kehendak seseorang dan mempengaruhi raganya untuk melakukan tindakan balas dendam.

Hadist ini, sekalipun secara zhohir merupakan diskripsi kepribadian, tapi juga sekaligus mengandung perintah untuk menahan diri dalam keadaan marah. tapi, kemarahan di sini, terbatas hanya pada kemarahan syahwati. Sedangkan kemarahan untuk sesuatu yang haq itu diperbolehkan. Imam Bukhori telah menyebutkan lima buah hadist yang berhubungan dengan kemarahan Rasulullah SAW dalam berbagai kesempatan. Tapi, semua itu untuk dakwah dan dalam konteks dakwah.

Bila kita merenung hadist ini lebih dalam, kita akan menemukan banyak kembangan yang dapat membantu kita dalam proses pembinaan kejiwaan. Pada dasarnya, setiap kita membutuhkan kadar tertentu dari apa yang disebut “wibawa”. Sebutan terakhir ini, dalam tahap-tahap perkembangan kepribadian seseorang, dipengaruhi oleh banyak aspek. Salah satu di antaranya adalah aspek fisik. Kesempurnaan fisik, terutama tipologi fisik yang secara langsung menonjolkan kekuatan otot, sudah tentu punya andil dalam memberi image wibawa pada seseorang.

Tapi disinilah letak salah satu kedalaman visi Rasulullah SAW dalam pembinaan kepribadian. Membatasi wibawa pada aspek penampilan fisik semata (dan ini yang banyak dilakukan orang), sama saja dengan menutup kesempatan bagi setiap orang memperoleh kekuatan wibawa. Maka, kriteria wibawa itu, dalam perspektif Rasulullah SAW, adalah bagian refleksi kejiwaan lebih dari pada fisik.

Dan rahasia kekuatan itu terletak dalam kemampuan kendali seseorang terhadap semua gejolak jiwa yang negatif. Mungkin itu marah, cemas, takut, ambisi, ketergesaan, dan lainnya.

Tentu saja itu membutuhkan latihan. Dan tarbiyah, memang merupakan latihan sepenjang hidup menuju kesempurnaan. La Taghdhab, La Taghdhab, La Taghdhab, kata Rasulullah SAW menasehati Abu Hurairah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar