Sabtu, 07 Februari 2009

Nirvana




Saya pertama kali mendengar Nirvana di sebuah toko musik, sesuatu yang makin langka terjadi. Saya datang ke sebuah toko kaset, dan terdengar dengan lirih “Smells Like Teen Spirit”. Saya berpikir, “Wow … ada yang berhasil menggabungkan R.E.M. dan Metallica.” Saya tak pernah mengenal istilah grunge, dan saya tidak tahu itu akan menjadi sebuah fenomena. Saya hanya tahu bahwa saya mendengar sepotong musik yang hebat.

Lagu favorit saya di album Nevermind adalah Lithium. Kurt Cobain mampu menyuarakan apa yang tidak pernah terungkap sebelumnya — konflik batin yang bergairah. “I’m so ugly, but that’s ok/’cause so are you.” Dia mengungkapkan sebuah konsep tentang memiliki perasaan yang sangat kuat tentang tidak memiliki perasaan apa-apa.

Cobain mengubah arah perkembangan musik. Ada beberapa orang yang membuat sejarah musik berbelok, dan Cobain adalah salah satunya. Dan dia adalah gitaris yang hebat. Seorang penggemar Joe Satriani mendengar statement tersebut, dan dia marah besar, menurutnya, kemampuan Cobain sangat kurang. Anda tidak dapat berkata bahwa penulis hebat tapi bukan gitaris hebat — karena dia tidak mungkin menulis lagu-lagu itu tanpa gitar. Anda tidak dapat memisahkan cara bermain gitarnya, itu esensial bagi musik yang dibuatnya, dan alternate-tuning-nya juga sangat berpengaruh. Seperti halnya body-piercing menjadi trend setelah Lollapalooza pertama. Saya rasa gitar yang tuned-down menjadi semakin menonjol dalam musik setelah Nirvana muncul.

Saat teringat Nirvana, saya teringat The Sex Pistols. Band itu tampak radikal, inovatif dan keras, tapi lagu-lagunya sangat melodius. Mereka semua menulis lagu hebat dengan dasar emosi, kesepian dan perasaan manusiawi.

Sebuah lagu Vernon Reid yang berjudul “Saint Cobain” dari album Mistaken Identity, membuat semua orang teringat akan saat dimana Cobain bunuh diri. Kesuksesan Nirvana membuatnya trauma. Jika orang menang lotere, dan uangnya habis, mereka berkata “inilah hal terburuk yang pernah terjadi pada saya dan keluarga saya.” Siapapun yang belum pernah mendapat berita itu takkan mengerti. Seandainya saja Kurt Cobain masih ada untuk bermusik dan melawan George Bush dan acara-acara TV reality show ….

Saya menyayangkan hal lain yang terjadi pada diri Cobain — Karena Nirvana menjadi populer, dia merasa telah mengkhianati idelisme dan harus mengembalikan kemurnian. Kemurnian dapat diukur jika melihat mutiara atau intan-berlian, tapi jika menilai orang, kemurnian ada konsep yang rancu, dan itu seringkali bisa berbahaya. Lihat saja kemurnian artistik atau rasial.

Tapi saya percaya Cobain adalah “sempurna” … kekurangannya telah membuatnya “sempurna” .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar