Momen, Valentine dan Manusia-Manusia Nyinyir

Valentine by FrealaFTidak, aku tidak akan memulai tulisan ini dengan kalimat klise semacam, Ah, aku tidak merayakan Valentine, bukankah kasih sayang itu harusnya dirayakan setiap hari…

Yaelah, yang namanya “setiap hari” itu mah udah jadi “biasa”. Orang menciptakan momen untuk mendapatkan kesan yang “special”

Seneng kan kalo pas momen valentine ada yang ngasi mawar merah, atau mawar putih, atau coklat, atau sekedar ucapan “Met valentine bla…bla…bla…” ??. Coba tiap hari dikasi coklat, yang ada kamu pasti merutuk, “Huh, kamu mau bikin aku gendut ya, dijejalin coklat tiap hari?”

Peringatan-peringatan tersebut hanya sebuah momen, yang kalau kamu mau silakan dirayakan sesuka hati, kalau nggak mampu atau nggak mau ya santai aja, nggak usah sok acuh bin nyinyir merasa nggak butuh karena udah menemukan momen tersebut setiap hari.

Sama halnya dengan perayaan ulang tahun, nggak usah ribut deh ngomentari orang yang pengen seneng-seneng dengan momen ulang tahun tersebut dengan ucapan nyinyir “Ah, ngapain sih ngerayain ulang tahun, toh umur yang dirayain sebenernya berkurang.”

Arrggghhhh!!!

***

Nyebelin nggak sih? pagi-pagi ngadapin orang-orang yang pesimis, yang mencari banyak alasan dan pembenaran atas ketidakmampuan untuk menciptakan hal-hal menyenangkan dalam hidupnya. Sepertinya menikmati sekali dia menjadi orang yang dikasihani dan paling menyedihkan di muka bumi ini.

Nyebelin nggak sih? pagi-pagi ngadepin manusia-manusia egosentris, yang merasa seolah dunia ini berpusat pada dirinya. “Aku nggak romantis, jadi nggak bisa gini-gitu”. “Aku orangnya cuek, jadi bla-bla…”. “Aku orangnya begini, Aku orangnya begitu”. Menempatkan diri menjadi pusat segala-galanya dan menuntut orang lain yang menyesuaikan dengan dirinya. Mengambung-ambukan diri bila ada orang yang yang melakukan sesuatu untuk dirinya. Paling pintar dan jago mencari kambing hitam, menyalahkan orang serta bertahan pada pembenaran diri, “Ya, inilah aku"

ahaaa???